Cerita Anak Indigo Kisah Nyata

Cerita Anak Indigo Kisah Nyata

TRIBUNJATENG.COM - Inilah dongeng yang cocok dibacakan untuk anak sebelum tidur cerita fabel anak tentang burung hantu dan belalang.

Diceritakan, ada sebuah pohon tua yang di dalamnya hidup burung hantu yang galak dan pemarah.

Burung tersebut sangat tidak suka jika ada yang menganggu tidurnya di siang hari.

Dan saat malam hari, mereka bangun dengan suaranya sambil mencari serangga, katak, tikus, dan kumbang untuk menjadi santapannya.

Di sore hari pada musim panas, burung hantu sedang tertidur di lubang pohon.

Namun, tiba-tiba ada belalang yang sedang bernyanyi.

Burung tersebut pun merasa sangat terganggu dan memintanya untuk segera pergi.

“Hei, pergi dari sini kau, belalang! Apa kamu tak punya sopan santun menganggu tidur orang yang sudah tua?” Ucap burung hantu.

Belalang tersebut pun menjawab dengan nada tinggi dan perkataan yang kasar, bahwa ia juga memiliki hak atas pohon tersebut.

Bahkan, bukannya berhenti, ia justru melanjutkan nyanyiannya dengan suara yang lebih keras.

Burung hantu itu menyadari, bahwa berdebat tidak ada gunannya.

Sementara siang hari matanya masih rabun, sehingga ia tidak bisa memberikan hukuman.

Akhirnya, burung tersebut berpikir dan mencari cara untuk menghukum belalang tersebut.

Ia pun menengookkan kepalanya ke lubang pohon dan berkata dengan ramah.

“Hai belalang, jika aku terus bangun aku pasti mendengar kamu bernyanyi.

Tahu tidak, ada buah anggur di sini. Kalau kamu mau, ke sinilah.

Dengan memakan anggur ini, suaramu akan seperti Apollo karena ini kiriman dari Olympus”. Belalang itu pun terhanyut dengan rayuan burung hantu itu.

Ia lantas melompat ke sarang tersebut dan karena burung hantu sudah langsung bisa melihat belalang dengan matanya, maka belalang langsung diterkam dan dimakan oleh burung hantu. (*)

Kisah Nyata Guru - 13 December 2024

TCD/PROD.DB, Alamy/ via National Geographic

Will Smith, yang berperan sebagai Genie dalam film Aladdin.

Nationalgeographic.co.id - Baru-baru ini Disney mengangkat kembali cerita Aladdin dalam versi live action. Bagi Anda yang belum tahu, banyak cerita yang diadopsi Disney berdasarkan kisah nyata. Namun, cerita aslinya tidak seindah yang kita kira.

Salah satunya adalah kisah Cinderella. Dalam versi cerita aslinya, kedua saudara tiri Cinderella terpaksa memotong jari kaki dan tumit mereka agar sepatu kacanya bisa pas.

Lalu bagaimana dengan film Aladdin? Sembilan hal di bawah ini merupakan bagian dari cerita asli Aladdin.

Baca Juga: Mengenal Teknologi Terbaru yang Mampu Membunuh 99% Kuman di Udara, Seperti Apa?

1. Salah satu dari 1001 kisah

Kisah Aladdin merupakan bagian dari kumpulan cerita yang disebut dengan seribu satu malam atau The Arabian Nights. Selain Aladdin, Sinbad the Sailor dan Ali Baba juga merupakan bagian dari kisah seribu satu malam. Kisah seribu satu malam ini berawal dari Scherherazade, seorang perempuan yang menikah dengan raja pembunuh.

Dalam pernikahan sebelumnya, raja tersebut telah membunuh istri barunya satu hari setelah mereka menikah. Mengetahui hal tersebut, Scherherazade mencoba menyelamatkan nyawanya dengan menceritakan cerita yang berbeda untuk suaminya setiap malamnya. Namun, setiap cerita yang diceritakan oleh Scherherazade tidak diberitahukan di akhir ceritanya. Dia berjanji untuk memberitahukan akhir ceritanya esok harinya. Cerita-ceritanya yang menarik membuat kematian Scherherazade tertunda karena rasa penasaran raja yang ingin mengetahui lanjutan ceritanya.

2. Aladdin tidak berasal dari Agrabah

Dalam film Disney, dikisahkan Aladdin merupakan seorang pemuda yang hidup di Agrabah. Akan tetapi, baik dalam versi Galland di tahun 1700-an atau Richard Burton tahun 1885, Aladdin tinggal di sebuah kota di Tiongkok. Informasi ini didukung oleh illustrasi dari era Victoria yang menggambarkan karakter dan ceritanya sebagai orang Tiongkok.

Pergantian latar dan etnisitas karakternya menjadi Arab dan Timur Tengah mulai terjadi ketika kisahnya akan diangkat ke layar lebar di awal abad ke-20.

3. Aladdin tidak tinggal sendiri

Aladdin dikisahkan sebagai seorang yatim piatu yang tinggal dijalanan dengan monyet peliharaannya yakni Abu. Sementara dalam sumber cerita aslinya, ayah Aladdin adalah seorang penjahit yang telah meninggal dunia. Aladdin tinggal bersama ibunya yang merupakan seorang janda miskin, bahkan ibu Aladdin adalah orang pertama yang menggosok lampu ajaib dan melepaskan sang jin.

4. Perbedaan karakter

Disney menggambarkan tokoh Aladdin sebagai seorang yang pandai, banyak akal, dan loyal, walaupun diremehkan karena miskin. Akan tetapi dalam versi Richard Burton, Aladdin adalah orang yang dangkal, malas, serakah, dan mudah terpikat oleh tampilan kekayaan.

5. Genie bukanlah satu-satunya Jin

Dalam film, tokoh Genie adalah seorang jin berwarna biru yang tinggal dalam lampu ajaib. Nyatanya, dalam kisah The Arabian Nights Aladdin ditemani oleh dua jin. Satu jin tinggal di dalam lampu ajaib, sementara yang satunya lagi tinggal dalam sebuah cincin ajaib. Keduanya dapat mengabulkan keinginannya dan membantunya keluar dari tempat sempit, tetapi keduanya muncul dalam waktu yang berbeda.

Jafar, perdana menteri sultan berperan sebagi tokoh penjahat dalam film Aladdin, tetapi dalam versi aslinya Aladdin berhadapan dengan tiga penjahat. Yang pertama adalah seorang pesulap jahat asal Afrika yang berlaku seperti paman Aladdin yang telah lama hilang agar bisa mengelabuinya untuk mendapatkan lampu ajaib.

Kedua adalah saudara dari pesulap tersebut yang sifatnya lebih keji. Sedangkan yang ketiga adalah putra dari perdana menteri yang juga bersaing untuk mendapatkan putri.

7. Sang putri sudah bertunangan ketika bertemu dengan Aladdin

Badr al-Budur adalah nama putri Jasmine dalam versi asli cerita. Aladdin yang terpana setelah bertemu dengan Badr al-Budur memutuskan untuk mengejarnya dengan memberikan hadiah pada ayahnya. Nahasnya, sang sultan menerima hadiahnya namun tetap menikahkan anaknya dengan putra perdana menteri.

Karena hal ini, Aladdin menggunakan jinnya untuk menculik pengantin pria dan menahannya dalam sebuah sel yang gelap dan dingin. Pengantin pria tersebut akhirnya memohon agar pernikahannya dibatalkan setelah dua malam ditahan, permohonannya tersebut kemudian dikabulkan oleh sultan.

Baca Juga: Langka, Panda Albino dengan Semua Bulu Berwarna Putih Ditemukan di Tiongkok

8. Tidak hanya tiga permintaan

Setelah Badr al-Budur tak jadi menikah dengan putra perdana menteri, Aladdin meminta jin memberikannya emas, perhiasan, istana, dan harta lainnya agar bisa membujuk putri. Setelah berhasil menikah, ternyata permohonan pada jin tetap berlanjut dan harta kekayaan Aladdin semakin bertambah.

Cerita Aladdin tidak hanya berhenti saat Aladdin dan Badr al-Budur menikah. Dalam cerita asli, setelah mengalahkan pesulap jahat dengan membunuhnya, mereka berdua tinggal bahagia di Tiongkok.

Namun, kebahagian tersebut tidak bertahan lama sebab pesulap yang telah mati memiliki saudara yang lebih kuat darinya dan datang ke Tiongkok untuk balas dendam.

Varuna, Dewa Langit dan Lautan yang 'Ambigu' dalam Tradisi Hindu Kuno

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

"Seluruh kekuatan di dunia, bersatu untuk bercerai dan bercerai untuk bersatu kembali" -. Kalimat pembuka dari cerita klasik Kisah Tiga Negara.

Saat itu di awal abad ketiga dan Dinasti Han yang pernah berada di puncak kejayaannya sedang di masa senjanya. Mereka yang ingin menjadi penguasa Tiongkok berikutnya telah membawa kekaisaran ke ambang peperangan. Skema pengadilan kasim, jatuhnya para penguasa, dan pahlawan-pahlawan besar lahir dalam pertempuran epik. Orang-orang Tiongkok yang mendambakan perdamaian, bertanya-tanya akan kelangsungan hidup mereka akibat peperangan yang berkecamuk di seluruh negeri. Dinasti tampaknya telah kehilangan "mandat dari langit"— lantas bagaimana sekarang?

Inilah kisah yang melatarbelakangi cerita klasik Kisah Tiga Negara, satu dari empat karya sastra legendaris Tiongkok (Batas Air, Perjalanan ke Barat dan Impian Paviliun Merah adalah karya sastra lainnya). Adalah penulis abad keempat belas, Luo Guanzhong, yang menciptakan kisah penuh warna dengan latar belakang sejarah dan cerita rakyat yang menampilkan urusan politik dan sosial di masa itu.

Selain itu, buku ini dianggap sebagai buku panduan strategi militer yang disejajarkan dengan Seni Perang Sunzi, buku karangan Sun Tzu. Melalui halaman-halamannya, pembaca akan bertemu dengan puluhan karakter ikonik dari sejarah, dan menyaksikan pertempuran di berbagai skala. Tiga Negara merupakan inti dari identitas budaya Tiongkok dan, terutama, konsep tentang yi—perekat penting yang menjadi pengikat suatu masyarakat yang harmonis.

Tarian Shen Yun 2015 Merebut Anak Panah dengan Perahu Jerami, mengisahkan salah satu siasat brilian yang digunakan dalam saga mega-sejarah ini. Tiga Negara dalam Perang

Saat beberapa pemimpin dan jenderal saling bersaing untuk menunjukkan supremasinya, tiga pemimpin besar segera muncul. Mereka adalah Liu Bei, Cao Cao, dan Sun Quan. Ketiganya adalah orang-orang dengan karakter yang tangguh, cakap, dan licik, masing-masing ingin ambisinya terpenuhi. Mereka adalah penguasa dari kerajaan—secara berurutan—Shu, Wei, dan Wu, dan masing-masing bercita-cita untuk menyatukan kekaisaran, menyatukan "Semua atas Pengaturan Langit," sebagaimana mereka menyebutnya.

Dengan bantuan pemikiran-pemikiran yang paling cemerlang dan hati yang gagah berani, ketiga pemimpin ini muncul untuk memimpin dan terlibat dalam kontes epik bagi masa depan Tiongkok.

Panglima perang Liu Bei adalah pendiri Kerajaan Shu. Klaimnya atas tahta kekaisaran adalah karena dia keturunan penguasa Han dan dengan demikian setidaknya dia bisa melanjutkan warisan Han, bila bukan dinastinya.

Liu digambarkan sebagai pejuang yang paling sah dan layak. Dia memiliki sifat yang sangat mulia dan baik hati, namun kekurangan sumber daya dan tidak memiliki peta kekuatan saingannya. Tetapi karakternya yang mulia merupakan magnet tersendiri untuk menarik para pejuang yang paling tak terlupakan dalam novel—strategi yang luar biasa dan pahlawan yang hampir sempurna. Bersama-sama, mereka berhasil mendirikan negara mereka sendiri.

Aliansi para pejuang ini dimulai dalam salah satu adegan Tiga Negara yang paling terkenal: "Sumpah Kebun Persik." Liu Bei dan dua pejuang lainnya Zhang Fei dan Guan Yu bersumpah untuk menjadi saudara:

"Kami tidak minta dilahirkan pada hari yang sama," sumpah mereka, "tapi kami meminta pada tahun yang sama, bulan yang sama, dan hari yang sama kami akan mati bersama."

Ikatan diantara ketiga sahabat tersebut merupakan kekuatan tema yang melatarbelakangi seluruh kisah tersebut. Belakangan, pengaruh Liu Bei meningkat drastis setelah mendapat bantuan ahli strategi dan Tao bijak, Zhuge Liang. Beberapa cerita Tiga Negara yang paling fantastis ', seperti “Merebut Anak Panah dengan Perahu Jerami,” adalah kisah eksploitasi untuk si bijak Zhuge ini.

Dalam Kisah Tiga Negara, jenderal ambisius Cao Cao adalah lawan Liu Bei. Berikut adalah contoh dari dialog antara dia dan koki setianya:

Cao Cao: Saya perlu meminjam sesuatu dari Anda. Koki setia: Tentu, apakah itu? Cao Cao: Kepala Anda. Koki setia: Apa? Cao Cao: Jangan khawatir, akan saya pastikan keluarga Anda terurus dengan baik.

Cao Cao (diucapkan tsao tsao) memiliki tentara yang sangat besar dan loyalitas terhadap banyak kerajaan. Ia juga seorang penyair yang karyanya memiliki dampak yang signifikan pada gaya puitis Tiongkok.

Untuk mengetahui kisah Cao Cao lebih lanjut, silakan membaca blog kami “Kambing-kambing Unggulan Tiongkok.”

Sementara itu, suku Sun mengontrol sebagian besar Tiongkok selatan. Pada usia 18, setelah kakaknya dibunuh, si jenggot merah, Sun Quan, memegang kekuasaan. Selama "Pertempuran Chibi," yang menentukan, Sun Quan bersekutu dengan Liu Bei untuk menjaga agar tentara Cao Cao tidak dapat maju melintasi Sungai Yangtze.

Bagaimanapun, kesetiaan mereka berumur pendek, dan tiga negara terus bermanuver dan bersaing untuk masa depan Tiongkok, yang dikenal sebagai Kerajaan Tengah. Namun dibalik kisah memukau ini, sarat akan muatan kemenangan dan pengorbanan, setiap episode kemudian mengacu kembali ke prinsip yi.

Karakter Yi, 義, terdiri dari羊(domba) di atas dan我 (saya sendiri) di bagian bawah. Dalam budaya Tionghoa, domba adalah simbol kemakmuran karena sifat alam mereka yang baik dan taat. Karakter "Saya" 我 berasal dari tulang orakel kuno dimana karakter tersebut menggambarkan alat bertempur lengkap dengan gigi yang tajam. Saat digabungkan, karakter Yi 義 secara harfiah berarti, "Saya domba." Secara simbolis berarti melakukan pengorbanan atas nama keadilan.

Novel Tiongkok berjudul San Guo Yan Yi (三國演義), yang juga diterjemahkan sebagai "Tiga Negara Menampilkan Yi." Yi (diucapkan ee) diterjemahkan secara tepat sebagai "kebenaran" atau "kewajiban." Namun, kemudian konsep berkembang mencakup kehormatan, kebajikan, loyalitas, tidak mementingkan diri sendiri, dan persaudaraan.

Yi menjelaskan hubungan suci antara penguasa dan rakyat, ayah dan anak, suami dan istri, dan diantara saudara dan teman. Dalam masyarakat tradisional Tiongkok, aturan ini berlaku bahwa apa pun yang terjadi, Anda harus mematuhi yi.

Mungkin perwujudan akhir dari yi dapat dilihat pada karakter Jenderal Guan Yu. Juga dikenal sebagai Guan Gong, generasi berikutnya membangun kuil sebagai peringatan untuknya dan menganggapnya sebagai "Dewa Perang”. Pada satu kesempatan, ia setuju untuk berduel dengan musuh yang garang. Menuangkan semangkuk anggur panas sebagai tanda keberuntungan, Guan Yu menolak untuk segera meminumnya, mengatakan dia akan pergi sebentar. Beberapa menit kemudian, ia datang kembali dengan menenteng kepala musuhnya bahkan sebelum anggurnya dingin.

Dan, seiring dengan jenggotnya yang panjang, semangat akan yi yang gigihlah yang membuatnya menjadi paling tak terlupakan. Menghadapi kemungkinan akan kekalahan, seorang pejuang yang tak terkalahkan menunjukkan garis keabadian:

Ketika tembok kota jatuh, itu berarti kematian, itu saja. Batu giok dapat hancur, tetapi Anda tidak dapat mengubah warna putihnya. Bambu dapat hangus, tapi sambungannya tidak bisa dihancurkan. Tubuh mungkin binasa, tapi namanya akan tetap dikenang oleh anak cucu.

Untuk melindungi keluarga raja Liu Bei, Guan Yu pernah membiarkan dirinya ditangkap oleh musuhnya Cao Cao. Cao Cao, yang telah lama mengagumi kemampuan Guan Yu sebagai pejuang, mencoba membujuknya dengan emas, kekuasaan, dan kuda handal untuk bergabung dengan timnya. Seorang pria yang lemah akan mudah tergiur, tetapi Guan Yu mengambil kesempatan pertama untuk melarikan diri. Dia menerjang bahaya besar dan menahan cedera untuk membawa kembali keluarga saudara-angkatnya kepadanya.

Namun, ia tidak pernah melupakan kebaikan Cao Cao, yang meskipun musuh, telah menunjukkan kemurahan hati kepadanya. Bertahun-tahun kemudian, Cao Cao dikalahkan di "Pertempuran Chibi" dan melarikan diri bersama tentaranya yang tersisa. Guan Yu dikirim untuk menghabisinya dan mencegat Cao Cao melewati gunung yang sempit. Menghadapi Guan Yu yang perkasa, Cao Cao yang acak-acakan dan nampak kelelahan tidak memiliki harapan. Guan Yu membiarkannya pergi.

Guan Yu, telah memilih untuk menghadapi eksekusi tertentu karena tidak mematuhi perintah atasan daripada mengkhianati yi dengan membunuh orang yang telah memberinya kemurahan hati. Tentu saja, Guan Yu tidak dieksekusi, karena ternyata itu merupakan strategi Zhuge Liang yang secara khusus telah mengirimnya untuk membunuh Cao Cao justru karena ia tahu betul jika Guan Yu tidak akan melakukannya. Ahli strategi ini melakukannya karena ia tahu bahwa Tiongkok masih memerlukan Cao Cao untuk menjaga keseimbangan antara tiga negara yang sama, tapi siasat ini ada dalam kisah yang berbeda.

Cao Cao, di sisi lain, adalah contoh dari seorang pemimpin yang miskin akan rasa yi. Dia dikenal karena kutipannya, "Saya lebih suka mengkhianati dunia daripada membiarkan dunia mengkhianati saya." Filsafat pribadinya ini sangat jelas dalam salah satu adegan dimana Cao Cao yang sedang dalam pengejaran berlindung di rumah ayah dari saudara angkatnya. Sementara, temannya sedang keluar karena suatu keperluan, Cao Cao secara tidak sengaja mendengar pembantu keluarga tersebut sedang mengasah pisau dan sedang membahas perihal pembunuhan. Cao Cao yang paranoid merasa terusik dan membunuh seluruh keluarga. Dia kemudian menemukan jika mereka sedang mempersiapkan untuk menyembelih babi untuk jamuan makan malam bagi dirinya. Ketika teman lamanya, si tuan rumah, kembali, Cao Cao menyadari ia akan dimintai pertanggungjawaban. Kemudian dia bersiasat mengelabuhi dari belakang dan menusuk tuan rumahnya.

Dengan tokoh utama yang penuh akan sinar yi dan tokoh antagonis yang kekurangan karakter yi, Kisah Tiga Negara, seperti Guan Yu, meninggalkan pelajaran yang sangat penting bagi anak cucu. Tidak hanya memiliki dampak yang mendalam pada budaya dan masyarakat Tiongkok, novel ini juga menawarkan kisah dunia klasik akan keberanian dan kebenaran, dengan yi sebagai perekatnya.

Penulis Kisah Tiga Negara, Luo Guanzhong, percaya bahwa nasib setiap bangsa sudah terukir di bintang-bintang, dan bahwa manusia memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam mempengaruhi alur sejarah. Namun, ia juga percaya bahwa jika seseorang itu lurus dan berbudi luhur, dia akan cenderung mencapai hal-hal yang luar biasa, membawa kemuliaan bagi dirinya dan keluarganya, meninggalkan warisan yang bersinar hingga berabad-abad.

Karakter Yi, 義, terdiri dari羊(domba) di atas dan我 (saya sendiri) di bagian bawah. Dalam budaya Tionghoa, domba adalah simbol kemakmuran karena sifat alam mereka yang baik dan taat. Karakter "Saya" 我 berasal dari tulang orakel kuno dimana karakter tersebut menggambarkan alat bertempur lengkap dengan gigi yang tajam. Saat digabungkan, karakter Yi 義 secara harfiah berarti, "Saya domba." Secara simbolis berarti melakukan pengorbanan atas nama keadilan.

Novel Tiongkok berjudul San Guo Yan Yi (三國演義), yang juga diterjemahkan sebagai "Tiga Negara Menampilkan Yi." Yi (diucapkan ee) diterjemahkan secara tepat sebagai "kebenaran" atau "kewajiban." Namun, kemudian konsep berkembang mencakup kehormatan, kebajikan, loyalitas, tidak mementingkan diri sendiri, dan persaudaraan.

Yi menjelaskan hubungan suci antara penguasa dan rakyat, ayah dan anak, suami dan istri, dan diantara saudara dan teman. Dalam masyarakat tradisional Tiongkok, aturan ini berlaku bahwa apa pun yang terjadi, Anda harus mematuhi yi.

Mungkin perwujudan akhir dari yi dapat dilihat pada karakter Jenderal Guan Yu. Juga dikenal sebagai Guan Gong, generasi berikutnya membangun kuil sebagai peringatan untuknya dan menganggapnya sebagai "Dewa Perang”. Pada satu kesempatan, ia setuju untuk berduel dengan musuh yang garang. Menuangkan semangkuk anggur panas sebagai tanda keberuntungan, Guan Yu menolak untuk segera meminumnya, mengatakan dia akan pergi sebentar. Beberapa menit kemudian, ia datang kembali dengan menenteng kepala musuhnya bahkan sebelum anggurnya dingin.

Dan, seiring dengan jenggotnya yang panjang, semangat akan yi yang gigihlah yang membuatnya menjadi paling tak terlupakan. Menghadapi kemungkinan akan kekalahan, seorang pejuang yang tak terkalahkan menunjukkan garis keabadian:

Ketika tembok kota jatuh, itu berarti kematian, itu saja. Batu giok dapat hancur, tetapi Anda tidak dapat mengubah warna putihnya. Bambu dapat hangus, tapi sambungannya tidak bisa dihancurkan. Tubuh mungkin binasa, tapi namanya akan tetap dikenang oleh anak cucu.

Untuk melindungi keluarga raja Liu Bei, Guan Yu pernah membiarkan dirinya ditangkap oleh musuhnya Cao Cao. Cao Cao, yang telah lama mengagumi kemampuan Guan Yu sebagai pejuang, mencoba membujuknya dengan emas, kekuasaan, dan kuda handal untuk bergabung dengan timnya. Seorang pria yang lemah akan mudah tergiur, tetapi Guan Yu mengambil kesempatan pertama untuk melarikan diri. Dia menerjang bahaya besar dan menahan cedera untuk membawa kembali keluarga saudara-angkatnya kepadanya.

Namun, ia tidak pernah melupakan kebaikan Cao Cao, yang meskipun musuh, telah menunjukkan kemurahan hati kepadanya. Bertahun-tahun kemudian, Cao Cao dikalahkan di "Pertempuran Chibi" dan melarikan diri bersama tentaranya yang tersisa. Guan Yu dikirim untuk menghabisinya dan mencegat Cao Cao melewati gunung yang sempit. Menghadapi Guan Yu yang perkasa, Cao Cao yang acak-acakan dan nampak kelelahan tidak memiliki harapan. Guan Yu membiarkannya pergi.

Guan Yu, telah memilih untuk menghadapi eksekusi tertentu karena tidak mematuhi perintah atasan daripada mengkhianati yi dengan membunuh orang yang telah memberinya kemurahan hati. Tentu saja, Guan Yu tidak dieksekusi, karena ternyata itu merupakan strategi Zhuge Liang yang secara khusus telah mengirimnya untuk membunuh Cao Cao justru karena ia tahu betul jika Guan Yu tidak akan melakukannya. Ahli strategi ini melakukannya karena ia tahu bahwa Tiongkok masih memerlukan Cao Cao untuk menjaga keseimbangan antara tiga negara yang sama, tapi siasat ini ada dalam kisah yang berbeda.

Cao Cao, di sisi lain, adalah contoh dari seorang pemimpin yang miskin akan rasa yi. Dia dikenal karena kutipannya, "Saya lebih suka mengkhianati dunia daripada membiarkan dunia mengkhianati saya." Filsafat pribadinya ini sangat jelas dalam salah satu adegan dimana Cao Cao yang sedang dalam pengejaran berlindung di rumah ayah dari saudara angkatnya. Sementara, temannya sedang keluar karena suatu keperluan, Cao Cao secara tidak sengaja mendengar pembantu keluarga tersebut sedang mengasah pisau dan sedang membahas perihal pembunuhan. Cao Cao yang paranoid merasa terusik dan membunuh seluruh keluarga. Dia kemudian menemukan jika mereka sedang mempersiapkan untuk menyembelih babi untuk jamuan makan malam bagi dirinya. Ketika teman lamanya, si tuan rumah, kembali, Cao Cao menyadari ia akan dimintai pertanggungjawaban. Kemudian dia bersiasat mengelabuhi dari belakang dan menusuk tuan rumahnya.

Dengan tokoh utama yang penuh akan sinar yi dan tokoh antagonis yang kekurangan karakter yi, Kisah Tiga Negara, seperti Guan Yu, meninggalkan pelajaran yang sangat penting bagi anak cucu. Tidak hanya memiliki dampak yang mendalam pada budaya dan masyarakat Tiongkok, novel ini juga menawarkan kisah dunia klasik akan keberanian dan kebenaran, dengan yi sebagai perekatnya.

Penulis Kisah Tiga Negara, Luo Guanzhong, percaya bahwa nasib setiap bangsa sudah terukir di bintang-bintang, dan bahwa manusia memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam mempengaruhi alur sejarah. Namun, ia juga percaya bahwa jika seseorang itu lurus dan berbudi luhur, dia akan cenderung mencapai hal-hal yang luar biasa, membawa kemuliaan bagi dirinya dan keluarganya, meninggalkan warisan yang bersinar hingga berabad-abad.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.